Lompat ke konten
Home » Guus Hiddink, Pasang Surut Sang “Meneer Midas”

Guus Hiddink, Pasang Surut Sang “Meneer Midas”

  • oleh

Sosok Guus Hiddink sangat dikenal dengan sentuhan ‘midas’ nya di sejumlah tim yang ditanganinya, meski tidak seluruhnya. Tak berlebihan jika pelatih asal negeri kincir angin ini di sebut tuan midas. 

Sejak awal karir kepelatihannya, sudah ada sejumlah tim yang diangkatnya baik klub maupun timnas di berbagai ajang. Namanya yang seakan menjadi jaminan sukses meski telah mengalami pasang surut. Kini di usianya yang sudah menginjak 74 tahun pun, Hiddink masih tercatat menangani timnas Irak meski sempat menyatakan pensiun.

Prestasi di Piala Dunia

Di ajang piala dunia, sentuhan magis pelatih kelahiran Varsseveld ini pun tetap terasa. Ia hadir di tiga edisi piala dunia, yaitu di Prancis 1998, Jepang-Korsel 2002 dan Jerman 2006 dengan tiga tim yang berbeda. Prestasi terbaiknya mungkin hanyalah menjadi semifinalis namun pencapaiannya begitu menggemparkan dalam sejarah piala dunia karena ia melakukannya bersama tim Asia yang secara tradisi selalu kesulitan melaju jauh. 

Debutnya di ajang terakbar empat tahunan ini terjadi di Prancis. Saat itu, Hiddink adalah bos tim Oranje yang sempat mengalami konflik internal dalam skuad di EURO 1996. Laga perdananya berakhir mengecewakan dengan berbagi angka dengan Belgia tanpa gol. Namun, Dennis Bergkamp cs mampu lolos usai melewati hadangan Korsel dan Meksiko. Di fase gugur, Hiddink menunjukkan kualitasnya dengan menyingkirkan Yugoslavia dan Argentina dengan skor yang sama 2-1. Namun langkah mereka dihentikan oleh Brasil lewat adu penalti. Di perebutan tempat ketiga pun Belanda tersungkur ditangan Kroasia. 

Empat tahun berselang, magisnya kian terasa. Kali ini tuan rumah Korsel yang dibawanya melayang jauh hingga semifinal meski sebelumnya tidak pernah mampu lolos dari fase grup. Bahkan performa anak asuhannya sudah terlihat meyakinkan sejak awal. Dimulai dengan menghantam Polandia 2-0 dan Portugal 1-0 plus menahan AS 1-1. Di babak knockout, kesatria Taeguk malah merajalela dengan menyingkirkan Italia 2-1 dan Spanyol lewat adu penalti. Penampilan impresif Hong Myung-Bo dkk akhirnya dihentikan Jerman di semifinal dan kembali tumbang dari Turki di playoff tempat ketiga. 

Penampilan terakhir Hiddink di putaran final terjadi saat meloloskan Australia ke Jerman 2006. Lagi-lagi sentuhan midasnya masih terasa dengan membawa Harry Kewell dan kolega lolos dari babak penyisihan untuk pertama kalinya. Socceroos mampu unggul atas Jepang, dan menahan seri Kroasia setelah sempat kalah dari Brasil. Sayangnya, Italia menyisihkan mereka lewat penalti kontroversial di babak 16 besar. 

Menang  Seri Kalah Total gol memasukkan 

– kemasukan

Prancis 1998 

(Belanda)

3 3 1 13-7
Jepang-Korsel 2002

(Korsel)

3 2 2 8-6
Jerman 2006

(Australia)

1 1 2 5-6

 

Prestasi Lainnya

Sentuhan midas Hiddink juga terasa di ajang di luar piala dunia. Arsitek tim kelahiran 8 November 1946 ini pernah membawa Rusia lolos hingga semifinal di Piala Eropa 2008. Di level klub, ia sudah sukses memberikan gelar tertinggi Liga Champions Eropa bagi PSV Eindhoven di tahun 1988, selain gelar liga domestik tentunya, di awal karirnya. Hiddink juga sempat memenangkan trofi piala dunia antar klub 1998 bersama Real Madrid sebelum diberhentikan di tengah musim plus dua kali menyelamatkan Chelsea dari musim yang buruk, plus satu gelar Piala FA ditangan. Meski begitu, bukan berarti ia adalah figur yang sempurna. Hiddink pernah gagal membawa Andre Arshavin cs lolos ke Piala Dunia 2010 plus Turki ke EURO 2012. Ia bahkan gagal total di periode keduanya bersama tim Oranje pada tahun 2014-15 dimana Darley Blind dkk gagal lolos ke EURO 2016. Meski begitu, namanya tetap harum sepanjang masa.