Lompat ke konten
Home » Piala Dunia 1934, Identik dengan Intrik Politik

Piala Dunia 1934, Identik dengan Intrik Politik

  • oleh
Piala Dunia 1934

Piala Dunia 1934 tidak bisa dilepaskan dengan pengaruh politik yang mewarnai even tersebut mengingat tuan rumah Italia masih dipimpin oleh diktator Benito Mussolini. Il Duce, julukan sang diktator, ingin agar negaranya sukses menjadi juara sekaligus membuat iri negara lainnya sekaligus menjadikan turnamen tersebut sebagai propaganda paham fasisme. Campur tangan Mussolini bahkan begitu dalam, termasuk dalam pemilihan wasit yang memimpin final.

Gli Azzuri sendiri sebenarnya adalah tim unggulan di edisi kali ini. Selain sebagai karena faktor tuan rumah, mereka memiliki skuad yang mumpuni dengan sejumlah bintang seperti Guiseppe Meazza plus empat pemain Argentina yang ikut berlaga di Uruguay 1930, termasuk diantaranya Raimundo Orsi dan gelandang bertahan yang menjadi pemain kunci saat Albiceleste menjadi runner up empat tahun sebelumnya, Luis Monti. Di samping itu, juara bertahan Uruguay juga absen kali ini sebagai bentuk pembalasan atas penolakan negara-negara Eropa untuk berlaga di edisi 1930.

Serba-serbi Piala Dunia 1934

Layaknya edisi sebelumnya, Italia 1934 memiliki sejumlah fakta menarik. Pasang taruhan anda untuk laga-laga di Piala Dunia Qatar 2022 di link alternatif m88. Berikut serba-serbi yang ada di piala dunia pertama di Eropa tersebut:

  • Setiap tim yang ingin tampil harus lolos dari babak kualifikasi piala dunia yang digelar pertama kalinya, tidak terkecuali tuan rumah Italia.
  • Babak penyisihan grup ditiadakan dan digantikan langsung dengan format sistem gugur bagi 16 tim yang lolos.
  • Argentina turun dengan tim B, bahkan termasuk beberapa diantaranya adalah pemain amatir sebagai bentuk protes dari absennya tim Eropa di 1930.
  • Negara-negara di Inggris raya menolak tampil meski Inggris dan Skotlandia diundang oleh FIFA. Mereka menganggap Piala Dunia kalah pamor dari Kejuaraan Internasional Britania Raya.
  • Mussolini ikut berperan mengganti wasit Belgia yang sudah terpilih di final dengan wasit Swedia Ivan Eklind yang diundang makan malam bersama sehari sebelum partai puncak. Akibatnya, banyak yang menduga kemenangan Italia ‘dibantu oleh wasit’.
  • Mesir menjadi tim non Eropa-Amerika Selatan pertama yang lolos ke putaran final.
  • Pertandingan ulang dilakukan ketika dua tim gagal meraih kemenangan dalam 120 menit. Saat itu belum ada aturan adu penalti.

Dominasi Eropa Sepanjang Turnamen

Di edisi kali ini, dominasi tim-tim Eropa begitu terlihat, meski lebih karena tidak ada tim Amerika Selatan yang berpartisipasi dengan kekuatan terbaiknya. Delapan tim yang lolos ke perempat final berasal dari benua biru. Gli Azzuri melaju ke final usai menggasak AS,  dan membungkam Spanyol dan Austria, sementara Czekoslovakia harus menyingkirkan Rumania, Swiss dan Jerman menuju final.

Laga di final berlangsung ketat dimana Cekoslovakia sudah unggul lebih dahulu. Anak-anak asuhan Vittorio Pozzo mampu membalikkan keadaan lewat gol penyeimbang dari Raimundo Orsi serta gol kemenangan di babak perpanjangan waktu oleh Angelo Schiavio. Skor akhir 2-1 bagi Azzurri.

Top skor: Oldrich Nejedly (Czekoslovakia) – 5 gol

Pemain terbaik: Guiseppe Meazza (Italia)