Lompat ke konten
Home » Piala Dunia 1966, Identik dengan Keberuntungan

Piala Dunia 1966, Identik dengan Keberuntungan

  • oleh
Piala Dunia 1966

Piala dunia 1966 kembali digelar di benua biru dan edisi kali ini identik dengan aura keberuntungan, tak hanya bagi tuan rumah, namun juga para debutan.

1966 adalah piala dunia pertama yang diadakan di negara yang berbahasa Inggris. Negara asal Ratu Elizabeth tersebut terpilih menjadi tuan rumah di konggres FIFA pada tanggal 22 Agustus 1960 mengalahkan Jerman Barat dan Spanyol. Sebelum turnamen dimulai, FIFA dan panitia penyelenggara dihebohkan dengan hilangnya trofi Jules Rimet. Sialnya FIFA tidak memiliki trofi replika mengingat uniknya trofi piala dunia tersebut. Untungnya, trofi itu ditemukan hanya empat bulan sebelum kick off. Uniknya bukan aparat keamanan yang menemukannya, melainkan seekor anjing bernama Pickles. Ternyata hal itu menjadi awal hadirnya keberuntungan-keberuntungan berikutnya.

Serba-serbi Piala Dunia 1966

Inggris 1966 memiliki beberapa fakta menarik yang unik dibanding edisi-edisi sebelumnya. Pasang taruhan anda untuk laga-laga di Piala Dunia Qatar 2022 di link alternatif m88. Berikut serba-serbi yang ada di piala dunia kedelapan ini:

  • Afrika melakukan boikot akibat ketidakpuasan akan jatah yang tersedia, yaitu hanya satu tiket playoff tanpa satupun tiket otomatis.
  • Portugal dan Korea Utara menjalani debutnya.
  • Pertama kalinya maskot piala dunia diperkenalkan, yang bernama Willie, seekor singa berkaos bendera Inggris Raya.
  • Piala dunia pertama yang disiarkan secara meluas hingga ke luar Eropa.
  • Jadwal piala dunia digelar di bulan Juli, bukan di bulan Mei atau Juni seperti pada umumnya agar tidak tumpang tindih dengan jadwal turnamen tenis tahunan ikonik, Wimbledon.
  • Edisi terakhir pertandingan disiarkan TV dengan format hitam putih,
  • Lagu kebangsaan hanya dinyanyikan di partai final.

Dewi Fortuna Menyertai Para Debutan dan Tuan Rumah

Sepanjang turnamen, keberuntungan benar-benar hadir bagi tim debutan, Portugal dan Korea Utara dan tuan rumah. Dua tim yang sering membawa petaka bagi tim Tiga Singa, Brasil dan Italia, di luar dugaan tersingkir di babak penyisihan. Bahkan, sang bintang, Pele, cedera parah usai laga pembuka melawan Bulgaria. Alhasil, tim Samba tak berdaya menghadapi Hungaria dan Portugal di dua laga berikutnya. Kedua tim tersebut pun mampu lolos. Bahkan Portugal mampu melaju jauh hingga meraih tempat ketiga setelah mengalahkan Uni Soviet yang diperkuat kiper legendaris Lev Yashin. Sementara Korea Utara secara mengejutkan membungkam Italia 1-0 di laga terakhir grup D. Mereka menjadi tim non Eropa dan Amerika pertama yang mampu lolos dari putaran pertama.

Sedangkan, Inggris sendiri melaju mulus final dengan menyingkirkan Argentina dan tim debutan Portugal di fase gugur setelah tampil tanpa kebobolan di babak penyisihan. Bobby Charlton cs baru menemui lawan berat di final. Mereka berhadapan dengan Jerman yang juga tampil meyakinkan menuju partai puncak usai menggilas Uruguay 4-0 di perempat final dan membekuk Uni Soviet 2-1. Di final. kedua tim saling berbalas mencetak gol selama 90 menit. Jerman unggul lebih dahulu lewat Helmut Haller namun segera disamakan oleh Geoff Hurst enam menit kemudian. Di babak kedua, giliran tuan rumah unggul Martin Peters namun Wolgang Weber menyamakan kedudukan menjelang peluit panjang dibunyikan. Di babak perpanjangan waktu inilah, dewi fortuna hadir di sisi anak asuhan Alf Ramsey. Gol ‘hantu’ Geoff Hurst sebelum gol keempat lah yang membantu Inggris merengkuh gelar pertama dan satu-satunya hingga kini.

Top skor: Eusebio (Portugal) – 9 gol

Pemain terbaik: Bobby Charlton (Inggris)

Pemain muda terbaik : Franz Beckenbauer (Jerman)