Piala Dunia 1938 adalah gelaran piala dunia ketiga saat dunia sedang diambang perang dunia kedua. Tidak ada unsur politik yang menodai turnamen seperti edisi sebelumnya namun aura ‘perang’ antara Eropa dan Amerika Selatan sudah terasa sejak pemilihan tuan rumah.
Argentina yang mengajukan diri sebagai tuan rumah merasa yakin FIFA akan memilih mereka karena idealnya turnamen ini digelar bergantian dari benua biru ke zona CONMEBOL usai 1934. Tetapi FIFA pada akhirnya justru memilih Prancis, negara asal pencetus kejuaraan akbar empat tahunan ini, Jules Rimet, sebagai bentuk penghormatan baginya. Selain itu, mayoritas anggota FIFA berada di benua Eropa, plus kesulitan perjalanan jauh di edisi 1930 juga menjadi pertimbangan. Argentina pun murka dan menolak tampil bersama Uruguay. Hanya Brasil yang tetap hadir di Prancis sebagai wakil Amerika Selatan.
Serba-serbi Piala Dunia 1938
Prancis 1938 memiliki beberapa fakta menarik yang layak diketahui. Pasang taruhan anda untuk laga-laga di Piala Dunia Qatar 2022 di link alternatif m88. Berikut serba-serbi yang ada di piala dunia terakhir sebelum perang dunia kedua ini:
- Sejumlah negara menolak tampil di babak kualifikasi piala dunia ketiga ini seperti Inggris, AS, Kolombia, Kosta Rika, Meksiko, El Salvador, Guyana Belanda dan Jepang. Semenatara Austria gagal tampil meski lolos karena telah dianeksasi oleh pemerintahan NAZI Jerman.
- Indonesia (masih dengan nama Hindia Belanda) dan Kuba lolos pertama kali di Piala Dunia karena menang WO di babak kualifikasi.
- Swedia langsung melaju ke perempat final tanpa bertanding di putaran pertama karena jumlah kontestan yang ganjil.
- Ada tiga pertandingan harus diselesaikan dengan partai ulang (replay), dua di putaran pertama dan satu di babak perempat final.
- Sembilan pemain Austria masuk skuad Jerman di putaran final.
- Bintang tim Samba, Leonidas, disimpan di semi final saat menghadapi Italia agar fresh di final. Namun tim Samba justru tersungkur.
Italia Menunjukkan Kelasnya
Empat tahun lalu, Gli Azzurri dianggap beruntung karena kemenangannya merupakan hasil ‘campur tangan politik’ Benito Mussolini. Namun di edisi kali ini, anak asuhan Vitorrio Pozzo benar-benar menujukkan kelasnya sebagai juara bertahan sekaligus peraih medali emas cabang sepakbola di Olimpiade 1936. Italia melaju ke partai puncak setelah menyingkirkan Norwegia, tuan rumah Prancis hingga tim unggulan Brasil. Di final Silvio Piola dan kolega menghadapi tim favorit Hungaria yang menyingkirkan lawan-lawan yang relatif mudah menuju puncak, yaitu Hindia Belanda, Swiss dan Swedia.
Partai final yang berlangsung di stadion Columbes ini berlangsung menarik. Italia unggul dahulu lewat Colaussi namun Hungaria menyamakan kedudukan melalui Titkos. Hanya tujuh menit berselang, Gli Azzurri kembali memimpin di papan skor lewat Silvio Piola dan gol kedua Colaussi. Tim Magyar sempat memperkecil ketertinggalan setelah Sarosi mencetak gol ke gawang Olivieri. Namun, gol kedua Piola di menit ke 80 memastikan gelar kedua berturut-turut bagi Italia dan sang arsitek legendaris, Vitorrio Pozzo.
Top skor: Leonidas (Brasil) – 7 gol.
Pemain terbaik: Leonidas (Brasil)