Piala Dunia 2002 tak pelak menjadi bagian dari wajah baru piala dunia, dan sepakbola secara keseluruhan. Edisi tersebut adalah yang pertama di era millenium baru dengan serangkaian fakta menarik serba pertama lainnya.
Satu hal yang paling signifikan dari piala dunia 2002 adalah terpilihnya Jepang dan Korea, dua kandidat terkuat yang berseteru dalam pencalonan pada konggres FIFA 1996, sebagai tuan rumah bersama. Menariknya, kesepakatan itu muncul bukan karena kesadaran kedua belah pihak, namun atas desakan FIFA, dimana kedua negara harus bekerjasama menjadi tuan rumah atau piala dunia digelar di benua lain. Keduanya pun mengalah demi kemajuan sepakbola Asia.
Serba-serbi Piala Dunia 2002
Jepang-Korsel 2002 menyimpan sejumlah fakta menarik piala dunia yang tidak kalah unik. Pasang taruhan untuk laga-laga tim Asia di Piala Dunia Qatar 2022 di link alternatif m88. Berikut serba-serbi piala dunia yang penuh dengan kejutan:
- Ekuador, Tiongkok, Senegal dan Slovenia menjalani debutnya.
- Edisi terakhir juara bertahan lolos otomatis dan peraturan gol emas diberlakukan.
- Tim unggulan Belanda absen untuk pertama kalinya sejak 1986.
- Pertama kalinya tujuh negara pemegang gelar juara berhasil lolos ke putaran final.
- Pertama kalinya perempat final diisi lengkap oleh perwakilan dari lima konfederasi.
- Batas jumlah pemain dalam skuad pertama kalinya bertambah menjadi 23.
- Karena alasan politik, Tiongkok sengaja ditempatkan di jajaran grup yang laganya digelar di Korsel.
- Tokyo menjadi ibukota negara pertama yang tidak menggelar satupun laga piala dunia dalam sejarah.
- Karena waktu pertandingan sepanjang turnamen bersamaan dengan waktu pagi hari di Eropa, sejumlah perkantoran dan sekolah dibuka lebih lambat di hari pertandingan atau menggelar acara nonton bareng di tempat-tempat tersebut.
- Kamerun bertanding dengan mengenakan kostum basket yang sempat tidak dijinkan FIFA sebelum pemain menambahkan sarung lengan.
Rangkaian Kejutan Sepanjang Turnamen
Piala dunia 2002 membawa serangkaian kejutan yang tidak pernah diprediksi sebelumnya. Dua tim favorit utama, Prancis dan Argentina plus Portugal tersingkir di babak penyisihan. Pencapaian terburuk tim Tango sejak Cile 1962. Sementara itu, kegagalan Les Blues tersebut yang berstatus juara bertahan ternyata masih berlanjut hingga Rusia 2018 yang seakan memberi kutukan bagi mereka saat berlaga di piala dunia edisi berikutnya.
Di lain pihak, tim-tim yang dianggap semenjana selama ini seperti AS, Senegal, Turki hingga tuan rumah Korsel pun justru mampu melaju jauh. Dua tim terakhir bahkan menggapai semi final sebelum dikalahkan tim yang lebih mapan, Brasil dan Jerman. Keduanya lah yang berlaga di partai puncak.
Yang unik, tim Samba dan tim Panser bahkan tidak diunggulkan mampu tampil di laga terakhir mengingat Selecao cs harus ngos-ngosan untuk sekedar lolos ke putaran final. Sementara tim Panser baru saja gagal total di EURO 2000. Namun mentalitas dan jam terbang tinggi-lah yang membantu mendongkrak performa mereka. Brasil tidak kesulitan menyingkirkan Belgia, Inggris dan Turki di fase gugur sedangkan Die Mannschaft malah harus bersusah payah mengalahkan Paraguay, AS dan Korsel di fase knockout.
Di final, sialnya bintang Jerman, Michael Ballack harus absen di partai final karena akumulasi kartu. Sementara Ronaldo Luiz kian merajalela di sepanjang kompetisi, termasuk mencetak dua gol di final, yang mengukuhnya sebagai top skor pertama yang koleksi golnya lebih dari enam sejak edisi 1974.
Top skor: Ronaldo Luiz (Brasil) – 8 gol
Pemain terbaik: Oliver Kahn (Jerman)
Pemain muda terbaik : Landon Donovan (AS)